Monday, September 28, 2020

Bijak dalam berbagi di media sosial

Oleh: Supangat Abdurrafi

Melihat maraknya "berbagi" ( sharing ) informasi via perpesanan instan ( instant messeging ), perlulah kita menyikapinya dengan arif bijaksana. Mengapa demikian ? Karena tidak setiap yang kelihatan bagus itu benar-benar bagus.

Alangkah baiknya sebelum sharing / posting

1) Jika menerima kiriman tulisan, biasakan baca dulu sampai selesai sebelum diteruskan ke pihak lain. Jangan hanya dibaca judulnya saja. Fakta menunjukkan bahwa seringkali ada orang membagikan tulisan yang diterimanya tanpa dibaca dulu tetapi langsung diteruskan ke grup atau ke pihal lain. 

2) Jika anda menerima kiriman tulisan / video ( atau kiriman lainnya ) dan anda ingin membagikan kiriman itu ke grup yang anda ikuti, periksa dulu apakah orang lain sudah ada yang membagikannya di grup atau belum. Sering kejadian suatu informasi di-share berulang kali di grup yang sama, dalam rentang waktu yang pendek, bahkan hanya dalam hitungan jam; bahkan dalam hitungan menit. Bahkan informasi yang sama di-share dalam waktu berurutan tanpa selingan informasi lainnya. Bahkan tidak jarang informasi yang sama di-share pada hari yang sama oleh orang yang sama di grup yang sama. 

3) Pertimbangkanlah apakah yang mau di-share itu berita bohong ( hoax ) ataukah fakta. Di jaman seperti sekarang ini banyak berita hoax menyebar dengan cepat. Dan sayangnya berita hoax itu banyak yg dikemas dengan sangat menarik sehingga seolah-olah merupakan berita yg benar, atau bahkan seperti nasihat yang bernilai sangat mulia. Bahkan tidak segan2 si pembuat hoax itu mencatut nama tokoh ternama dan hebat supaya pembaca benar2 menyakini apa2 yg disampaikannya itu. Pun tidak sedikit yang berupaya keras dalam mengemasnya sehingga berwujud video yg menarik. Di situlah banyak orang yg terkecoh, terjebak, tertipu. ( Di situlah saya merasa sedih ) 

4) Pertimbangkanlah apakah yang mau di-share itu ada manfaatnya buat orang lain atau tidak. Setelah kita tahu bahwa yang mau kita share itu memang fakta, jangan langsung di-share. Pertimbangkanlah dulu, ada manfaatnya atau tidak kalau kita share. Karena bisa saja informasi yang benar tetapi tidak mempunyai nilai manfaat. Kalau memang ada manfaatnya silakan share. Kalau tidak ada manaatnya selain sekedar menambah pengetahuan, ya sebaiknya ditahan dulu, tidak usah di-share. Kasihan saudara-saudara kita harus meluangkan waktu dan tenaga ( mungkin juga biaya kuota data ) untuk hal yang tidak ada manfaatnya; 

5) Pertimbangkanlah, apakah memang perlu di-share atau tidak. Tidak semua informasi itu adalah fakta, tidak semua informasi fakta itu bermanfaat, dan tidak semua hal yang bermanaat itu perlu di-share. Ada kalanya tidak perlu di-share karena memang waktunya / situasinya tidak tepat. Misalnya; Ada video atau cerita yang sangat menyentuh perasaan, yg dapat menggugah orang untuk menemui orang tuanya karena ingin menunjukkan baktinya. Namun sayangnya waktunya bertepatan dengan musim wabah penyakit. Tentu akan sangat berbahaya jika yang menonton video atau membaca cerita tersebut kemudian memaksakan diri untuk mudik guna menemui orang tuanya. Sangat berbahaya karena bisa menularkan penyakit meskipun tidak disadari dan juga tidak ada gejalanya. Dalam situasi demikian tentu sangat baik jika video atau cerita itu tidak usah di-share

6) Apabila kita menyadari bahwa hidup kita ini membawa misi tertentu, maka perlu juga mempertimbangkan apakah yang akan kita share itu sejalan dengan misi kita atau tidak. Karena dalam kenyataannya banyak orang yang membagikan info-info yang justru membuat tidak jelas misi orang tersebut apa. Misalnya; saya ambil contoh kejadian di musim wabah covid-19, terkait lockdown; infrmasi itu ada yang mendukung lockdown dan ada yang menentang lockdown. Ada orang yang ketika menerima kiriman langsung membagikannya ke yang lain terutama di grup. Apapun informainya. Yang mendukung lockdown dia sebarkan, yang menentang lockdown pun dia sebarkan. Yang mempercayai bahwa virus itu ada dia sebarkan, yang mengatakan bahwa virus itu bohongan pun dia sebarkan. Jadi tidak jelas misinya apa. Seolah-olah dia ingin selalu menjadi yang pertama dalam membagikan informasi, meskipun tidak jelas informasinya itu valid atau tidak, berguna atau tidak, menguntungkan ataupun merugikan. Seolah-olah dia merasa puas ketika menjadi yang pertama membagikannya. Semoga kita terhindar dari sifat yang demikian. Karena kalau kita sudah tidak membawa misi apa-apa, maka tidak ada bedanya kita ini ada dengan tidak ada. 

7) Jika kita mau membagikan video, alangkah baiknya diberi keterangan; video tentang apa... Tujuannya supaya orang lain bisa mempertimbangkan apakah perlu mengunduh ( download ) video tersebut atau tidak; jangan2 itu sudah ada di dalam perangkat orang tersebut karena sudah dapat kiriman dari yang lain. Dengan demikian maka tidak perlu mengunduh video yang sama berulang kali. Selain bisa menghemat kuota data internet juga bisa menghemat ruang penyimpanan yang ada di dalam perangkat ( misalnya memori HP ), dan juga menghemat waktu. 

8) Kalau isinya berupa pendapat, pertimbangkanlah apakah pendapat yang mau kita sampaikan itu punya dasar yang kuat atau tidak. Karena menyampaikan pendapat itu bukan perkara yang ringan. Jangan menyampaikan pendapat asbun ( asal bunyi ) tanpa analisis yang memadai terhadap suatu persoalan. Untuk berpendapat diperlukan juga kemampuan logika yang bagus. Kalau kemampuan logikanya lemah ya pendapat yang dihasilkan juga pasti lemah dan mudah dipatahkan. Oleh karena itu sangat baik jika berpendapat itu ditopang oleh wawasan yang luas, kemampuan analisis yang mendalam, dan kemampuan berkreasi. 


Mari kita bermedia sosial dengan lebih sehat. 
Semoga bermanfaat.